Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang diresmikan pada 2023 menjadi salah satu proyek infrastruktur paling ambisius dalam sejarah Indonesia. Namun, di balik antusiasme masyarakat, proyek ini kini tengah menjadi sorotan karena adanya isu utang yang sangat besar. Dalam beberapa bulan terakhir, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan bahwa utang proyek Whoosh masih menjadi tantangan serius yang perlu dicari solusi.
Latar Belakang Proyek Whoosh
Whoosh adalah proyek kereta cepat yang dirancang untuk menghubungkan Jakarta dan Bandung dengan jarak sekitar 150 kilometer. Proyek ini dilakukan melalui konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), yang merupakan badan usaha patungan antara pihak Indonesia dan Tiongkok. Total investasi proyek ini mencapai USD7,3 miliar atau setara Rp116 triliun. Sebagian besar dana berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), dengan bunga tetap 2% per tahun selama 40 tahun pertama.
Pembengkakan biaya (cost overrun) menjadi salah satu faktor utama yang memicu meningkatnya utang. Berdasarkan laporan keuangan, pembengkakan biaya mencapai USD542,7 juta, yang memaksa konsorsium Indonesia mencari pinjaman tambahan.
BUMN Terlibat dalam Beban Utang Whoosh
Beberapa BUMN yang tergabung dalam konsorsium PSBI (PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia) harus menanggung beban utang Whoosh. PSBI merupakan pemegang saham mayoritas dari pihak Indonesia di KCIC. Beberapa BUMN yang terlibat antara lain:
-
PT Kereta Api Indonesia (KAI)
KAI menjadi pemegang saham mayoritas di PSBI dan secara langsung terdampak oleh utang Whoosh. Laporan menunjukkan bahwa KAI harus menanggung kerugian signifikan akibat beban KCIC. Pada semester I-2025, KAI dilaporkan menanggung rugi sebesar Rp951,48 miliar. Proyeksi kerugian bisa mencapai Rp6 triliun pada 2026. -
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
WIKA memiliki saham 33,36 persen di PSBI. Pada semester I-2025, WIKA mencatat rugi sebesar Rp1,66 triliun, sementara pada 2024, rugi bersih WIKA mencapai Rp2,33 triliun. Kontribusi kerugian WIKA dari proyek Whoosh mencapai Rp542,31 miliar sesuai porsi kepemilikan sahamnya. -
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
Meskipun JSMR juga menjadi anggota konsorsium PSBI, hingga saat ini belum diketahui secara detail berapa kerugian yang harus ditanggung oleh JSMR. -
PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I)
PTPN I juga tercatat sebagai salah satu kontributor modal di PSBI. Seperti JSMR, PTPN I belum menjabarkan secara detail kerugian mereka atas beban utang Whoosh.
Solusi yang Dicari untuk Mengelola Utang Whoosh
Menteri Koordinator IPK AHY menyatakan bahwa pihak-pihak terkait seperti Kemenko IPK, Danantara, Kementerian Perhubungan, KAI, dan manajemen Whoosh telah duduk bersama untuk mencari solusi atas masalah utang ini. Beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan antara lain:
- Dana Negara: Pemerintah dapat memberikan dana tambahan untuk membantu penyelesaian utang.
- Take Over oleh Danantara: Danantara, yang merupakan perusahaan swasta, bisa mengambil alih beban utang tersebut.
- Solusi Kombinasi: Gabungan antara bantuan pemerintah dan inisiatif swasta.
AHY menjelaskan bahwa solusi ini masih dalam pengembangan dan akan diumumkan secara terbuka pada waktunya. Ia juga menekankan bahwa pemerintah tidak ingin terlibat polemik dengan pihak swasta atau BUMN, karena tujuan utamanya adalah mencari solusi terbaik bagi semua pihak.
Dampak Utang Whoosh terhadap Kinerja Keuangan BUMN
Beban utang Whoosh secara langsung memengaruhi kinerja keuangan sejumlah BUMN. KAI, misalnya, mengalami kerugian besar akibat beban utang yang harus dibayar. Hal ini juga berdampak pada kemampuan BUMN lainnya untuk melakukan investasi atau ekspansi bisnis.
Ahli ekonomi seperti Bagong Suyanto, Guru Besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Airlangga, menyoroti bahwa utang Whoosh bisa menjadi bom waktu yang mengancam stabilitas keuangan negara jika tidak dikelola dengan baik. Ia menyarankan agar pemerintah dan BUMN lebih hati-hati dalam mengelola proyek-proyek besar yang melibatkan pinjaman asing.
Meski ada tantangan, proyek Whoosh tetap memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Namun, tantangan utang yang besar perlu segera diatasi agar proyek ini bisa berjalan secara berkelanjutan.











