Dunning-Kruger Effect: Fenomena Ilmiah di Balik Kepercayaan Diri yang Berlebihan

ilustrasi orang yang sedang mencari pengetahuan
ilustrasi orang yang mencari pengetahuan (sumber: dokumen pribadi)

Dunning-Kruger Effect adalah fenomena psikologis yang menarik di mana individu yang kurang ahli dalam suatu bidang justru melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri.

Bias kognitif ini menjadi fokus penelitian ilmiah yang luas karena dampaknya yang signifikan terhadap pengambilan keputusan, pembelajaran, dan interaksi sosial. Fenomena ini ditemukan oleh dua psikolog, David Dunning dan Justin Kruger, pada akhir 1990-an.

Bacaan Lainnya

Sejarah dan Penemuan Dunning-Kruger Effect

Penelitian Dunning-Kruger dimulai pada tahun 1999 ketika David Dunning dan Justin Kruger melakukan studi berjudul “Unskilled and Unaware of It: How Difficulties in Recognizing One’s Own Incompetence Lead to Inflated Self-Assessments.” 

Penelitian ini dilakukan dalam konteks psikologi sosial untuk menjelaskan fenomena di mana individu yang memiliki keterampilan atau pengetahuan terbatas merasa yakin bahwa mereka lebih unggul daripada rata-rata.

Inspirasi penelitian ini berasal dari kasus McArthur Wheeler, seorang perampok yang percaya bahwa dengan mengoleskan jus lemon di wajahnya, ia akan tidak terlihat oleh kamera pengintai. Kasus ini menunjukkan bagaimana keyakinan diri yang keliru bisa memunculkan hasil yang mengejutkan.

Dunning dan Kruger menguji hipotesis mereka melalui serangkaian eksperimen. Para partisipan diuji dalam berbagai bidang, seperti tata bahasa, logika, dan humor, lalu diminta untuk menilai kompetensi mereka sendiri.

Hasilnya menunjukkan pola yang konsisten: peserta dengan skor terendah justru memberikan estimasi tertinggi terhadap kemampuannya sendiri, sementara mereka yang lebih kompeten justru cenderung merendahkan hasil mereka.

Penelitian ini mengukuhkan adanya “overconfidence bias” di kalangan individu dengan pengetahuan yang terbatas.

Baca juga: Ada dan Tiada menurut Filsafat, Filsafat Ketiadaan

Penjelasan Teoretis dan Kognitif dari Dunning-Kruger Effect

ilustrasi orang yang tidak percaya diri, kebalikan Dunning Kruger Effect (Sumber: dokumen pribadi)

 

Secara ilmiah, Dunning-Kruger Effect diklasifikasikan sebagai bias kognitif yang berasal dari keterbatasan metakognisi, yakni kemampuan seseorang untuk menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri.

Mereka yang tidak kompeten dalam suatu bidang memiliki metakognisi yang lemah, sehingga mereka tidak mampu menilai ketidakmampuan mereka secara objektif. Ada dua teori utama yang menjelaskan fenomena ini:

Hasil Penelitian Empiris Mengenai Dunning-Kruger Effect

Sejak penelitian Dunning dan Kruger, banyak penelitian empiris telah dilakukan untuk menguji efek ini di berbagai konteks. Berikut adalah beberapa hasil utama yang mendukung keberadaan dan relevansi Dunning-Kruger Effect:

Dalam studi yang dilakukan oleh Ehrlinger dkk. (2008), mahasiswa yang memiliki nilai akademik rendah justru cenderung melebih-lebihkan pengetahuan mereka dalam ujian.

Sementara itu, siswa dengan nilai tinggi merasa kurang yakin dengan jawabannya, mencerminkan efek Dunning-Kruger pada kepercayaan diri akademik.

Penelitian juga menunjukkan bahwa fenomena ini berlaku dalam dunia kerja. Penyandang posisi rendah dalam hierarki perusahaan kadang-kadang merasa bahwa mereka lebih baik dari atasan mereka atau bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan pengelolaan yang minim. 

Dalam survei yang dilakukan oleh Onyia dkk. (2019), ditemukan bahwa manajer sering menghadapi kesulitan dalam menghadapi kesenjangan kompetensi yang tidak disadari oleh karyawan mereka.

Beberapa penelitian lintas budaya menemukan bahwa pengaruh budaya dapat memodifikasi intensitas efek ini. Di Jepang, misalnya, masyarakat cenderung lebih rendah hati dalam menilai kemampuan mereka, yang dikenal sebagai “bias modesty.”

Namun, Dunning-Kruger Effect tetap ada dalam konteks ini, hanya dengan manifestasi yang berbeda (Heine & Hamamura, 2007).

Dampak Dunning-Kruger Effect pada Keputusan dan Kehidupan Sosial

Dunning-Kruger Effect berdampak signifikan dalam banyak aspek kehidupan, mulai dari hubungan sosial hingga keputusan profesional:

Cara Mengatasi Dunning-Kruger Effect

Dunning-Kruger Effect mungkin sulit diatasi sepenuhnya, tetapi ada beberapa strategi ilmiah yang dapat membantu seseorang menurunkan risiko terkena bias ini:

Melalui latihan dan introspeksi, seseorang dapat mengembangkan metakognisi, yakni kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami kekurangan pribadi.

Penelitian oleh Schraw & Dennison (1994) menunjukkan bahwa pelatihan metakognitif dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengevaluasi pengetahuan dan kinerja mereka sendiri.

Mendorong budaya belajar dan menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan dapat membantu mengatasi masalah ini. Belajar dari mana saja, bisa formal maupun informal.

Pelatihan atau pembelajaran yang mendalam dan berbasis evaluasi dapat membantu individu memahami di mana posisi Anda dibandingkan dengan standar yang ada.

Masukan atau pemberian umpan balik secara rutin dan konstruktif dari pihak eksternal, seperti mentor atau rekan kerja, bisa membantu seseorang melihat sudut pandang yang berbeda.

Dalam studi yang dilakukan oleh Kruger & Dunning (1999) yang berjudul “Unskilled and unaware of it: How difficulties in recognizing one’s own incompetence lead to inflated self-assessments”, peserta yang menerima feedback akurat tentang kinerja mereka lebih mampu menilai kemampuan mereka dengan lebih tepat di masa mendatang.

Lingkungan kerja yang menghargai kejujuran dan ketulusan dalam mengevaluasi kemampuan diri, juga bisa membantu karyawan untuk lebih jujur terhadap diri sendiri dan lebih terbuka terhadap perbaikan.

Menunduk itu Perlu!

Dunning-Kruger Effect adalah fenomena ilmiah yang memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana manusia cenderung menilai kemampuan mereka sendiri secara salah.

Dalam berbagai situasi sosial, akademis, dan profesional, fenomena ini dapat menyebabkan orang meremehkan kesulitan dan meremehkan kompetensi yang sebenarnya diperlukan.

Dengan memahami Dunning-Kruger Effect, kita dapat menjadi lebih waspada terhadap bias kognitif ini, dan terus memperbaiki diri melalui refleksi, pembelajaran, dan penerimaan umpan balik yang jujur.

Pemahaman dan pengakuan terhadap keterbatasan diri adalah langkah awal yang penting untuk mengurangi efek ini. Seperti yang dikatakan oleh filsuf Sokrates, “Satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa Anda tidak tahu apa-apa.” Mengadopsi sikap ini akan membantu kita tetap terbuka untuk belajar dan menghindari perangkap kepercayaan diri yang keliru.

 

 

Pos terkait