Notification

×

Iklan

Iklan

Apa itu Market Cap Saham: Pengaruh Harga Saham dan Tips Menilai Perusahaan

Rabu, 25 Oktober 2023 | Oktober 25, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2024-04-06T06:21:43Z

 

Market Cap Perusahaan
Ket. Foto: Ilustrasi - Perusahaan. pexels.com



Market Cap Saham (Market Capitalization Saham) adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia pasar saham. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Market Cap Saham? Bagaimana cara menghitungnya? Dan apakah harga saham selalu mencerminkan nilai sebenarnya dari suatu perusahaan?


Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai Market Cap Saham, menguraikan cara menghitungnya, dan mengungkap beberapa fakta menarik seputar harga saham dan kinerja perusahaan. Mari kita mulai perjalanan penjelajahan ke dunia pasar saham yang lebih dalam.

Apa Itu Market Cap Saham?

Market Cap Saham adalah singkatan dari "Market Capitalization Saham." Istilah ini mengacu pada nilai total pasar dari saham suatu perusahaan. Dalam kata lain, ini adalah nilai total perusahaan jika semua saham yang beredar di pasar diakumulasikan dengan harga per lembar saham.


Cara sederhana untuk menghitung Market Cap adalah dengan mengalikan harga per lembar saham dengan jumlah total lembar saham yang tersedia di pasar. Misalnya, jika suatu perusahaan memiliki 1.000 lembar saham yang diperdagangkan di pasar, dan harga per lembar sahamnya adalah Rp 1.000, maka Market Cap perusahaan tersebut adalah Rp 1.000 x 1.000 = Rp 1.000.000.


Dalam konteks pasar saham, Market Cap adalah salah satu metrik penting yang digunakan oleh para investor dan analis untuk menilai ukuran suatu perusahaan dan memberikan gambaran tentang seberapa besar perusahaan tersebut di pasar. Market Cap juga sering digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan dalam berbagai kategori, seperti perusahaan besar, menengah, atau kecil.

Cara Menghitung Market Cap Saham

Cara Menghitung Market Cap Saham
Ket. Foto: Ilustrasi - Menghitung Market Cap Saham. pexels.com


Untuk menghitung Market Cap Saham, Anda hanya perlu dua informasi dasar, yaitu harga per lembar saham dan jumlah total lembar saham yang beredar. Harga per lembar saham adalah harga saat ini yang ditentukan oleh pasar, sementara jumlah total lembar saham biasanya dapat ditemukan dalam laporan keuangan perusahaan atau di situs web bursa efek.


Sebagai contoh, mari kita ambil perusahaan fiktif "ABC Corp." dengan harga saham per lembar sebesar Rp 100 dan jumlah total lembar saham yang beredar sebanyak 1.000.000 lembar. Untuk menghitung Market Cap ABC Corp., kita akan mengalikan harga saham per lembar dengan jumlah total lembar saham, seperti ini:


Market Cap = Harga Saham per Lembar x Jumlah Total Lembar Saham

Market Cap = Rp 100 x 1.000.000 = Rp 100.000.000


Jadi, Market Cap ABC Corp. adalah sebesar Rp 100.000.000. Dengan informasi ini, kita dapat memahami seberapa besar ABC Corp. di pasar.

Dampak Nyata Market Cap Saham di Pasar

Penggunaan Market Cap Saham tidak hanya terbatas pada teori, Market Cap Saham juga memiliki dampak nyata di pasar saham. Perusahaan dengan Market Cap yang besar seringkali menjadi fokus investor besar, dana pensiun, dan perusahaan investasi. Mereka memiliki likuiditas yang lebih tinggi dan lebih mungkin masuk ke dalam indeks saham yang diikuti oleh para investor.


Sebaliknya, perusahaan dengan Market Cap yang lebih kecil mungkin kurang diminati oleh investor institusional besar dan cenderung memiliki likuiditas yang lebih rendah. Ini dapat memengaruhi harga saham dan perdagangan saham perusahaan tersebut.


Selain itu, Market Cap juga sering digunakan untuk mengkategorikan perusahaan dalam berbagai segmen. Misalnya, perusahaan dengan Market Cap di atas Rp 10 triliun mungkin dianggap sebagai perusahaan besar, sedangkan perusahaan dengan Market Cap di bawah Rp 1 miliar mungkin dianggap sebagai perusahaan kecil.

Hubungan Harga Saham dengan Market Cap

Meskipun Market Cap adalah metrik yang berguna, ada situasi di mana nilai perusahaan mungkin terdistorsi oleh harga saham. Ini bisa terjadi jika harga saham per lembar sangat tinggi atau sangat rendah.


Sebagai contoh, ada perusahaan A dengan harga saham per lembar sebesar Rp 10.000 dan jumlah total lembar saham yang beredar hanya 1.000 lembar. Dalam hal ini, Market Cap perusahaan A adalah Rp 10.000 x 1.000 = Rp 10.000.000. Meskipun angka ini besar, perusahaan tersebut mungkin masih sangat kecil dan tidak relevan di pasar.


Di sisi lain, perusahaan B memiliki harga saham per lembar sebesar Rp 0,01, tetapi jumlah total lembar saham yang beredar sebanyak 10 miliar lembar. Market Cap perusahaan B adalah Rp 0,01 x 10.000.000.000 = Rp 100.000.000. Di sini, harga saham yang sangat rendah membuat Market Cap perusahaan B terlihat lebih kecil dari yang seharusnya.


Mengingat situasi ini, beberapa investor mungkin lebih suka melihat ukuran perusahaan dari sudut pandang fundamental dan kinerja, bukan hanya berdasarkan Market Cap atau harga saham per lembar.

Contoh Kasus: Bank BNI vs. Bang Jago

Bank Jago vs Bank BNI
Ket. Foto: Ilustrasi - Perbandingan Bank Jago dan Bank BNI. pexels.com


Untuk lebih memahami bagaimana Market Cap mempengaruhi persepsi tentang ukuran dan kinerja perusahaan, mari kita lihat dua bank besar di Indonesia, Bank BNI dan Bank Jago. Bagaimana kedua bank ini memiliki Market Cap yang berbeda dengan harga saham per lembar yang tidak mencerminkan Market Cap?


Pada tanggal 20 Mei 2022, harga saham per lembar Bank BNI adalah Rp 7.400, sedangkan Bank Jago memiliki harga saham per lembar sebesar Rp 8.000. Harga saham Bank Jago lebih tinggi daripada Bank BNI. Namun, jika kita melihat Market Cap, gambarannya bisa sangat berbeda.


Dalam kasus ini, kita akan menghitung Market Cap untuk kedua bank tersebut. Untuk Bank BNI, kita perlu mengetahui jumlah total lembar saham yang beredar. Setelah mencari data tersebut, kita menemukan bahwa jumlah total lembar saham Bank BNI adalah sekitar 4,6 miliar lembar.


Market Cap Bank BNI = Harga Saham per Lembar x Jumlah Total Lembar Saham

Market Cap Bank BNI = Rp 7.400 x 4.600.000.000 = Rp 33.940.000.000.000 (sekitar Rp 33,94 triliun)


Sementara itu, untuk Bank Jago, jumlah total lembar saham yang beredar adalah sekitar 1,15 miliar lembar.


Market Cap Bank Jago = Harga Saham per Lembar x Jumlah Total Lembar Saham

Market Cap Bank Jago = Rp 8.000 x 1.150.000.000 = Rp 9.200.000.000.000 (sekitar Rp 9,2 triliun)


Sekarang, kita membandingkan kedua Market Cap ini. Meskipun harga saham per lembar Bank Jago lebih tinggi daripada Bank BNI, Market Cap Bank BNI jauh lebih besar. Ini mengindikasikan bahwa Bank BNI adalah bank yang jauh lebih besar dalam hal nilai pasar dibandingkan dengan Bank Jago.

Pentingnya Laba Bersih dalam Investasi

Ketika berinvestasi dalam saham, harga saham dan Market Cap hanya memberikan gambaran awal. Bagi para investor, lebih penting untuk mempertimbangkan kinerja fundamental perusahaan. Salah satu metrik penting dalam hal ini adalah laba bersih (net income) perusahaan.


Laba bersih adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan setelah mengurangkan semua biaya dan pajak. Laba bersih ini memberikan gambaran tentang seberapa menguntungkannya perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin tinggi laba bersih, semakin baik kinerja perusahaan.


Dalam contoh Bank BNI dan Bank Jago, kita akan melihat laba bersih tahunan mereka. Laba bersih dapat ditemukan dalam laporan keuangan perusahaan. Pada tahun 2021, Bank BNI melaporkan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun, sementara Bank Jago melaporkan laba bersih sebesar Rp 0,08 triliun.


Dari sini, kita dapat melihat perbedaan yang signifikan dalam kinerja keuntungan kedua bank ini. Bank BNI jelas jauh lebih menguntungkan dengan laba bersih yang signifikan, sementara Bank Jago memiliki laba bersih yang jauh lebih kecil.

Investasi di Bank BNI atau Bank Jago: Mana yang Lebih Baik?

Ketika dihadapkan pada pilihan antara berinvestasi dalam Bank BNI atau Bank Jago, kita dapat menggunakan data Market Cap dan laba bersih untuk membantu mengambil keputusan.


Jika Anda memiliki uang sebesar Rp 200 triliun pada tahun 2021 dan Anda harus memilih antara investasi dalam 100% saham Bank BNI atau Bank Jago, apa yang akan Anda pilih? Mari kita tinjau kembali Market Cap keduanya:


Market Cap Bank BNI (sekitar Rp 33,94 triliun)

Market Cap Bank Jago (sekitar Rp 9,2 triliun)


Dengan Rp 200 triliun, Anda bisa membeli 100% saham Bank BNI, dan Anda akan mendapatkan kembalian sekitar Rp 166.060 triliun dari pembelian saham seharga Rp 33,94 triliun. Selain itu, Anda akan memiliki perusahaan yang dalam satu tahun (2021) menghasilkan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun. Ini adalah laba bersih yang signifikan dan menjanjikan.


Di sisi lain, jika Anda berinvestasi dalam Bank Jago, Anda akan mendapatkan kembalian sekitar RP 199.990,8 triliun dari pembelian saham seharga Rp 9,2 triliun, dan Anda akan memiliki perusahaan yang dalam satu tahun hanya menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,08 triliun.


Jadi, dalam situasi ini, pilihan yang masuk akal adalah berinvestasi dalam Bank BNI. Meskipun Bank Jago mungkin memiliki harga saham per lembar yang lebih tinggi, kinerja dan laba bersih Bank BNI jauh lebih baik. Ini adalah contoh bagaimana data fundamental perusahaan dapat membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih bijak.

Perubahan Harga Saham dari Bank Jago

Namun, cerita ini belum berakhir. Apa yang terjadi jika Anda membeli saham Bank Jago sekitar tanggal 21 Januari 2022, ketika harga saham per lembar Bank Jago adalah Rp 19.000? Bagaimana hal ini memengaruhi Market Cap?


Pada saat itu, harga saham per lembar Bank Jago adalah Rp 19.000, dan jumlah total lembar saham yang beredar adalah sekitar 13,7 miliar lembar. Mari kita hitung ulang Market Cap Bank Jago pada tanggal tersebut:


Market Cap Bank Jago (21 Januari 2022) = Harga Saham per Lembar x Jumlah Total Lembar Saham

Market Cap Bank Jago (21 Januari 2022) = Rp 19.000 x 13.700.000.000 = Rp 261.300.000.000.000 (sekitar Rp 261,3 triliun)


Jadi, pada saat itu, Market Cap Bank Jago adalah sekitar Rp 261,3 triliun. Ini adalah lonjakan signifikan dibandingkan dengan Market Cap sebelumnya (sekitar Rp 9,2 triliun). Meskipun harga saham per lembar Bank Jago lebih tinggi pada saat itu, Market Cap yang lebih besar mengindikasikan minat yang kuat dari investor.


Perbandingan Market Cap Bank BNI dan Bank Jago (21 Januari 2022):


Market Cap Bank BNI (21 Januari 2022) = Rp 7.400 x 4.600.000.000 = Rp 34.040.000.000.000 (sekitar Rp 34,04 triliun)

Market Cap Bank Jago (21 Januari 2022) = Rp 19.000 x 13.700.000.000 = Rp 261.300.000.000.000 (sekitar Rp 261,3 triliun)


Pada saat itu, meskipun Bank Jago memiliki harga saham per lembar yang lebih tinggi daripada Bank BNI, Market Cap Bank BNI masih sedikit lebih tinggi. Namun, perbedaannya tidak terlalu signifikan, dan Bank Jago telah menunjukkan pertumbuhan yang pesat.


Ini menunjukkan bahwa harga saham dan Market Cap dapat berubah secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat, tergantung pada minat investor dan perubahan dalam pasar. Hal ini menekankan pentingnya mengikuti perkembangan pasar dan melakukan penelitian yang cermat sebelum membuat keputusan investasi.


Dalam dunia pasar saham, Market Cap Saham adalah metrik penting yang dapat memberikan gambaran tentang ukuran dan nilai perusahaan. Namun, harga saham per lembar tidak selalu mencerminkan nilai sebenarnya dari suatu perusahaan. Investasi yang cerdas mempertimbangkan tidak hanya Market Cap dan harga saham, tetapi juga kinerja fundamental perusahaan.


Kasus Bank BNI dan Bank Jago memberikan contoh bagaimana perusahaan dengan Market Cap yang berbeda dapat memiliki kinerja dan potensi pertumbuhan yang berbeda pula. Keputusan investasi yang baik memerlukan pemahaman yang mendalam tentang perusahaan yang Anda incar dan situasi pasar saat ini.


Pada akhirnya, perbedaan antara Market Cap dan harga saham per lembar adalah bahwa Market Cap memberikan gambaran lebih lengkap tentang ukuran perusahaan dalam pasar. Itu adalah nilai pasar riil dari perusahaan jika semua sahamnya dijual pada harga saat ini. Namun, kunci untuk membuat keputusan investasi yang bijak adalah melihat lebih daripada sekadar angka-angka tersebut dan memahami kinerja dan prospek perusahaan secara keseluruhan.

Pentingnya Melihat Perusahaan Secara Teliti dan Fundamental

Ketika Anda berinvestasi dalam saham, sangat penting untuk mempertimbangkan lebih dari sekadar harga saham dan Market Cap. Anda juga perlu melihat kinerja fundamental perusahaan.


Beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan saat mengevaluasi kinerja fundamental suatu perusahaan meliputi:


  • Laba Bersih (Net Income)

Laba bersih adalah indikator utama kinerja perusahaan. Semakin tinggi laba bersih, semakin baik kinerja perusahaan.


  • Pendapatan (Revenue)

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima perusahaan dari penjualan produk atau layanan. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten adalah pertanda baik.


  • Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Margin laba bersih adalah persentase laba bersih dari pendapatan. Semakin tinggi margin laba bersih, semakin efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.


  • Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt-to-Equity Ratio)

Rasio ini mengukur sejauh mana perusahaan mengandalkan utang untuk mendanai operasinya. Semakin rendah rasio ini, semakin baik.


  • Dividen (Dividends)

Jika Anda mencari pendapatan pasif dari investasi saham, Anda dapat memeriksa apakah perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham atau tidak.


  • Prospek Masa Depan

Pelajari tentang rencana dan prospek perusahaan untuk masa depan. Apakah perusahaan berada di industri yang tumbuh? Apakah mereka memiliki rencana ekspansi atau diversifikasi?


Melihat data fundamental perusahaan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kinerja jangka panjang perusahaan daripada hanya mengandalkan harga saham atau Market Cap. Ini adalah langkah penting dalam membuat keputusan investasi yang cerdas.


Referensi:

×
Berita Terbaru Update